UFP 4 – Intervensi Desain Arsitektur untuk Infrastruktur Kota
Oct 13, 2016
Pasar Stasiun Duri,
HARMONIOUS BROTHERHOOD
[affordance behavior through interconnection level up traditional market & station]
Talisa Dwiyani
Universitas Indonesia
2011
Pemilihan site ini tergolong unik karena melewati serangkaian proses yang pada mulanya tidak saya sadari. Site ini terletak pada Stasiun Duri di daerah Jakarta Barat. Sedikit cerita, rumah yang terletak di daerah Tangerang dan kampus yang terletak di daerah Depok, membuat saya di setiap hari Senin harus melaju dengan sebuah kereta commuter line jurusan Depok sebagai akhir dari perjalanan. Kereta yang melewati hampir lebih dari 12 stasiun ini salah satunya melewati Stasiun Duri. Ingat jelas di benak saya, pertama kali melewati stasiun ini cukup membuat saya tercengang. Bagaimana tidak karena pada saat kereta melintas, kereta seakan-akan menabrak sebuah pasar di depannya dan seakan menggilas semua barang dagangan yang berada disekitarnya. Bangunan stasiun yang wajar terlihat di stasiun lain, begitu berbeda disini tertutup aktivitas pasar yang menonjol. Lebih uniknya lagi, saat kereta datang, dagangan mereka untuk sementara waktu berada tepat persis di bawah kereta; celah yang ada antara rel dan bagian bawah kereta. Sayur-sayur dan buah aman, tidak rusak meski seakan terkangkangi oleh rangkaian gerbong kereta.
Dari sepenggal cerita tersebut, terbesit ide apakah mungkin untuk mengintegrasikan sebuah pasar tumpah bagi masyarakat sekitar dan kehidupan pedagang ke depannya maupun stasiun bagi kereta dan kesejahteraan penumpangnya. Selama ini, bangunan stasiun yang ada terutama pada jalur Tangerang hingga Depok layaknya sebuah ‘template’ atau cetakan. Bentuk dan rupa stasiun tidaklah jauh berbeda apapun itu karakter tempatnya. Intervensi desain arsitektur yang saya ajukan dalam sayembara kali ini, berdasarkan pada isu sosial yang seringkali kita temui mungkin tidak hanya di Stasiun Duri. Penggusuran bukanlah langkah yang tepat, relokasi yang seringkali ditolak warga dapat juga berujung pada kekerasan dan lain sebagainya. Oleh karena itulah, desain ini dibuat untuk mengintegrasikan sebuah pasar tumpah tradisional dan peran lainnya sebagai sebuah stasiun. Menjadikan Pasar Duri dan Stasiun Duri sebagai sebuah kesatuan yakni Pasar Stasiun Duri.
Analisa site dilakukan dengan terlibat langsung ke lapangan, Kawasan sekitar stasiun tergolong area padat penghuni dengan tingkat ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Hunian mereka yang padat menjadikan tiap-tiap area kosong disekitarnya selalu dimanfaatkan termasuk area kosong di sekitar stasiun yang kini menjadi sebuah pasar tumpah. Stasiun memiliki empat jalur kereta, dua diantaranya di bagian paling Barat dan Timur sudah tidak lagi dipergunakan meski dua rel di tengah masih aktif. Hal ini pula yang membuat area stasiun terkesan lapang dibandingkan dengan ruang gerak mereka keseharian. Hingga pada akhirnya, kawasan ini disulap dengan kemunculan satu per satu pedagang baik itu sayuran, buah, daging dan ikan, serta perkakas rumah tangga lainnya. Semua pedagang mencari posisi strategisnya masing-masing, menjadikannya sebagai keseharian mereka hingga pada akhirnya menjadi satu-satunya tumpuan bagi pencarian nafkah keluarga,
Persoalan ini bukan sekedar persoalan yang mudah diselesaikan. Begitu banyak elemen yang terlibat dan tak sedikit yang memang benar-benar menggantungkan hidupnya pada perekonomian pasar ini. Pasar ini menghidupi dan mempermudah banyak orang, namun lokasinya yang berada bukan lagi persis di dekat stasiun tetapi terletak persis di perlintasan rel kereta apilah yang perlu pemecahan masalah. Pasar ini telah membentuk system. Pada dasarnya pasar adalah sebuah bentukan dari interaksi yang tercipta menjadi cerminan terhadap keadaan sosial di sekitarnya, terhadap lingkungan dan juga struktur sosial yang berlaku serta hubungan keruangan yang ada.
Melihat pada refrensi yang saya bagi dalam dua kategori yakni refrensi yang terkait dengan infrastruktur dan pasar. Dalam sebuah refrensi yang ditemukan untuk kategori pasar, konsep dari Artist’s Colony Market oleh Atelier Architects dapat menginspirasi penyelesaian masalah di lokasi ini. Desain ini berusaha menciptakan ruang yang habitable bagi berlangsungnya kegiatan pasar yang dijumpai pada gang kecil, yang dikenal dengan pop up market dan dinilai illegal. Perancang memahami sebuah pasar merupakan cermin dari komunitas setempat, memperlihatkan keacakan, namun di waktu yang sama sebenarnya memiliki struktur yang logis, dikenal dalam istilah temporily permanent. Tujuan desain ini adalah merehabilitasi dan merevitalisasi daerah setempat untuk menaikkan citra pasar menjadi sebuah komunitas yang berkualitas dan mendukung lingkungannya. Desain yang dibuat sangat sederhana yakni menghadirkan naungan dengan desain yang menarik dan fungsional bagi berlangsungnya pasar di bagian bawahnya. Refrensi yang kedua datang dari pendekatan secara infrastruktur. Banyak desain stasiun kereta yang tetap terasa seperti template secanggih apapun bentuknya. Namun, Hua Qiang Bei Road oleh Work AC meskipun bukan mendesain stasiun melainkan mendesain sebuah intervensi pada jalan sepanjang satu kilometer di daerah Shenzhen, China dapat menjadi refrensi yang menarik. Desain ini merespon kemacetan yang terjadi akibat karakteristik area yang sedang bertumbuh dalam hal komersial. Desain ini menjadi semacam intervensi strategis dimana diciptakan lima lentera ikonik yang dapat dilewati dengan lebih tertib tanpa mengganggu jalan bagi mobil-mobil yang lewat ditengahnya.
Dari dua refrensi ini, lahirlah Pasar Stasiun Duri dengan konsep Harmonious Brotherhood, menjadikan fungsi pasar dan fungsi stasiun seperti ikatan persaudaraan yang saling terkait dan berkesinambungan. Dengan pendekatan pada Affordance behavior yakni istilah dalam ilmu psikologi arsitektur terhadap tingkah laku manusia yang cenderung memanfaatkan suatu bidang tertentu dengan memasukkan persepsinya masing-masing dan bertindak sesuai persepsi itu. Pada pasar Duri, terdapat area perlintasan kereta yang sudah tidak terpakai walaupun dua lintasan lainnya masih sangat aktif, lahan tersebut cukup luas untuk beraktivitas sementara kawasan hunian yang padat serta tidak adanya public space lain yang menunjang, memicu timbulnya persepsi akan pemanfaatan lahan sebagai sebuah area bernilai ekonomi yang bernama pasar.
Konsep dasar datang dari upaya masyarakat lokal mendesain sendiri pasar mereka dengan tenda-tenda ala kadarnya, lintasan di sulap menjadi area jual beli hanya dengan alas terpal ataupun plastik. Dari kebutuhan dasar manusia untuk bernaung itulah, desain ini tercipta. Mentransformasikan sebuah tenda temporer yang berfungsi sebagai penahan panas matahari, hujan, dan kebutuhan bernaung menjadi sebuah bentukan naungan yang lebih habitable dan tertata dengan lebih baik. Dari kebutuhan dasar manusia tersebut, terbentuk naungan yang menyerupai huruf C, secara fungsional diperuntukkan bagi pedagang dan pembeli dengan adanya bidang-bidang kosong yang berfungsi sebagai lapak.
Sisi bagian Barat diciptakan koloni-koloni ruang semi terbuka berbentuk seperti huruf C yang memungkinkan lebih dari 50 pedagang dapat saling berjualan. Koloni ini dapat terus ditambah sesuai dengan jumlah pedagang yang ada. Koloni ini pula dibuat dengan dinamika level lantai yang semakin naik dan bertemu dengan jembatan panjang yang menghubungkan antar koloni-koloni yang terdapat di bawahnya dan memecahnya kembali ke sisi Timur sebagai fungsi sebuah stasiun. Sisi bagian Barat memfasilitasi bukan hanya bagi pedagang dan pembeli yang berasal dari lingkungan sekitar, namun juga penumpang kereta yang dapat turun dan bergabung diantaranya. Penumpang dapat merasakan aktivitas pasar ini dengan kualitas ruang yang lebih baik dan tetap dapat melanjutkan perjalanannya dengan menyebrang jembatan yang kini telah hadir menjembatani pasar dan stasiun. Tiap tunggal koloni terbagi dalam kategori penjualan sayuran, buah, daging, ikan, dan alat rumah tangga lainnya. Diharapkan dalam sekali perjalanan pembeli dapat langsung memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan juga memfasilitasi penumpang yang selesai berbelanja untuk menghantarkan ke stasun menuju tujuan berikutnya dengan nyaman.
Sedangkan, Sisi bagian Timur di desain memiliki koloni yang lebih sedikit bidang-bidang kosong untuk meminimalisir affordance masyarakat sekitar untuk berjualan di area stasiun yang nantinya dapat menghambat sirkulasi utama menuju loket dan pintu keluar ataupun menuju kereta selanjutnya. Sisi ini difokuskan dalam perannya sebagai stasiun dimana terdapat tempat menunggu dan tempat-tempat duduk dalam bentuk anak-ananak tangga menuju area kedatangan kereta. Bangunan eksisting yang ada berupa tenda permanen tetap dipertahankan sebagai bagian dari desain.
Manusia yang bergerak, bertransisi, dan transit pada suatu waktu berkumpul dalam area ini, berkegiatan dan kemudian melanjutkan perjalanan. Kehadiran Pasar Stasiun Duri sebagai harmonious brotherhood berusaha menyelesaikan permasalahan setempat dengan solusi desain yang dapat memungkinkannya dua peran dapat dilaksanakan di daerah setempat baik itu sebagai pasar maupun stasiun. Intervensi desain ini menjadikan sebuah infrastuktur perlintasan rel kereta dan bangunan stasiun menjadi bagian dari penguatan karakteristik lokasi setempat dan tidak lagi sekedar cetakan stasiun yang sama dimana-mana.
Refrensi Design
– Hua Qiang Bei Road by www.archdaily.com
– Artist Colony Market by www.archdaily.com