GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA
GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA
GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA
GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA
GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA
GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA
GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA
 

Project

GEDUNG WAYANG ORANG SURAKARTA

EG-003-01-1200x796EG-003-02-635EG-003-03-635EG-003-04-635EG-003-05-635gedung-pertunjukan-wayang-solo-kojo-635gudung-wayang-orang

2nd Winner of National Competition 2016

Awicarita memiliki makna “pandai bercerita”, sedangkan Awicarita Sriwedari memiliki makna “kawasan pusaka Sriwedari yang bercerita”. Sebagai dasar berpikir dalam merancang Gedung Pertunjukan Wayang Orang ini, kata kunci “cerita” di kembangkan ke dalam 3 unsur utama, yaitu:
1. “Cerita” tentang budi pekerti yang disampaikan melalui pementasan lakon wayang orang (Mahabarata, Ramayana, dll)
2. “Cerita” tentang sejarah dan asal muasal kesenian wayang orang di Jawa melalui galeri, perpustakaan, museum, serta penyerapan konsep-konsep dan geometri arsitektur Jawa (simbolisasi bangunan, proporsi, tata ruang
hingga sistem struktur atap).
3. “Cerita” yang memotivasi masyarakat akan pentingnya pelestarian kesenian wayang orang melalui dikembalikannya fungsi taman hiburan rakyat di Kawasan Sriwedari menjadi taman budaya.

Terkait dengan pelestarian kesenian wayang orang, konsep pementasan juga dikembalikan seperti awal kesenian wayang orang ini diciptakan, dengan konsekuensi meminimalisasi pemakaian teknologi yang canggih misalnya video mapping sebagai penunjang pertunjukkan, namun tetap mempertimbangkan faktor kenyamanan audio visual yang handal.

KONSEP PERENCANAAN
A. Susunan Kosmik Surakarta
Seperti halnya kota – kota yang mempunyai pusat budaya seperti keraton, kota Surakarta mempunyai pola aktifitas yang memusat dari layer yang terluar sampai yang paling dalam, bagian paling dalam mempunyai hirarki kegiatan yang paling utama dibandingkan layer yang berada di luar.

Hal ini di implementasikan ke bentuk massa bangunan yang menggunung melambangkan pola memusat seperti tatanan kosmik Surakarta yang memusat.

B. Preservasi
1. Transformasi Taman Sriwedari
Taman Sriwedari adalah sebuah kompleks taman di Kecamatan
Lawiyan, Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Sejak
era Pakubuwana X, Taman Sriwedari menjadi tempat
diselenggarakannya tradisi hiburan Malam Selikuran, selain itu
Taman Sriwedari juga pernah menjadi lokasi penyelenggaraan PON
I pada tahun 1948. Taman Sriwedari dibangun oleh Paku Buwono
X yang merupakan adik ipar KRMT Wirjodiningrat. KRMT
Wirjodiningrat membeli tanah Sriwedari dari
seorang Belanda bernama Johannes Buselar pada 1877 dengan
status tanah RVE (hak milik).
Pakubuwono X pada mulanya membuat Taman Sriwedari sebagai
tempat rekreasi dan peristirahatan bagi keluarga kerajaan,
terinspirasi mitos tentang keberadaan sebuah taman di surga. Pada
awalnya, taman ini terletak di sebuah lokasi yang dinamakan Kebon
Rojo atau Taman Raja, namun seiring perkembangan jaman, kebun
binatang ini dipindah ke daerah jauh dari pusat kota. Saat ini, taman
rekreasi ini mempunyai beberapa fasilitas hiburan baik untuk anak
kecil maupun dewasa, restoran-restoran kecil, dan stand penjualan
suvenir.

2. Transformasi Tempat Pertunjukan Wayang Orang
Pada mulanya pagelaran wayang orang diadakan di lingkungan Keraton
sebagai kegiatan ritual dan biasanya diadakan di pendopo.
Kemudian pertunjukan wayang orang dibawa keluar keraton dan ceritanya dibuat lebih
populer dengan format pertunjukan seperti format opera Eropa karena pengaruh Belanda.
Konsep Baru yg diusulan dibuat dgn format procenium stage sebagai respon dari
kemajuan seni pertunjukan yg banyak diterapkan di pertunjukan wayang orang. Dan
mengembalikan originalitas pertunjukan wayang orang.

3. Mempertahankan Axis Pendopo Sriwedari sebagai jalan masuk

4. Mempertahankan pohon existing dan menambah pohon di area Taman Sriwedari ini agar berfungsi ganda menjadi Taman Hutan Kota dan Taman Budaya

5. Mempertahankan Aktifitas Masyarakat seperti panahan tradisional dan kegiatan – kegiatan yang bersifat tradisi yang dapat dilakukan di ruang terbuka, selama tidak merusak konsep taman hutan kota.

C. Konsep Punden Berundak
Punden berundak adalah salah satu struktur tertua buatan manusia, beberapa dari struktur tersebut merupakan bagian dari tradisi megalit (batu besar) yang berkembang pada zaman neolitik. Di Indonesia, punden berundak ini bahkan menjadi ciri dari bangunan-bangunan pada periode klasik. Seperti kita pahami punden berundak ini adalah simbo dari 3 tahapan kehidupan yang di jalani oleh manusia yaitu: alam rahim, dunia dan alam setelah kehidupan
dunia (akhirat).

Implementasi konsep punden berundak di terapkan pada organisasi ruang gedung pertunjukan wayang orang ini.

D. Konsep Struktur
Struktur utama diusulkan dengan struktur beton bertulang sedangkan untuk atap menggunakan struktur baja dan dilapis dengan kayu sebagai finishing. Penutup atap genteng tanah liat untuk memperkuat karakter tradisi kota Solo.

Land Area:15.000 sqm
GFA (Building Area):+/- 5.000 sqm
Client:Local Government of Surakarta
Service:Architecture
Location:Surakarta, Central Java
Type:Cultural, Competition
Completion:unknown
Share:

error: Content is protected !!